1/08/18

Cara Investasi Reksadana Online

| 1/08/18

Bagi Anda yang ingin mengembangkan tabungan dari sebagian penghasilan Anda ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan. Secara umum orang menyimpan tabungan mereka di Bank dengan mengharapkan bunga Bank. Namun, bukannya semakin bertambah, secara tidak langsung, tabungan mereka justru semakin berkurang akibat biaya administrasi Bank. Meski ada fasilitas Bank lainnya yang menjanjikan return (imbal hasil) cukup tinggi seperti Deposito, namun nilainya tidak sebanding dengan besarnya inflasi setiap tahunnya. Lalu, bagaimana kita bisa mengembangkan tabungan kita?


Apa itu reksadana?

Reksadana adalah sebuah wadah yang menerima modal / dana dari berbagai investor untuk dikelola oleh Manajer Investasi (MI) dengan membeli Saham, Obligasi, Pasar Uang, index, dan lainnya dalam bentuk unit penyertaan (UP) yang akan menjadi portofolio Anda. Membeli reksadana sama halnya dengan Anda menabung, yang mana tabungan Anda dalam Bank Kustodian akan dikelola oleh Manager Investasi untuk diinvestasikan sesuai dengan pilihan jenis investasi Anda. Dalam berinvestasi reksadana pun Anda tidak terikat oleh waktu, Anda bisa kapan saja menjual reksadana milik Anda yang akan di proses biasanya antara 2-4 hari kerja.


Mengapa perlu berinvestasi di reksadana?

Bagi sebagian orang, berinvestasi banyak sekali macamnya, ada yang memilih deposito, aset properti atau emas dan juga saham. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan deposito, Anda mungkin akan mendapat return 6-8% per tahun, sedangkan rata-rata inflasi bisa mencapai 5-20%, maka deposito Anda tetap akan tergerus inflasi. Sedangkan untuk berinvestasi properti memang cukup menggiurkan, dimana harga properti akan terus meningkat cukup tajam, namun untuk berinvestasi properti dibutuhkan modal yang cukup besar hingga ratusan juta rupiah, selain itu dengan maraknya penipuan yang menawarkan rumah murah, namun akhirnya terdapat sengketa atau bahan bangunan yang tidak berkualitas sehingga bangunan rentan dan tidak bertahan lama.

Investasi emas saat ini memang cukup aman karena kita tidak lagi harus menyimpannya secara langsung, namun kita tetap diminta membayar biaya penyimpanannya, atau walaupun kita menyimpan secara langsung, saat Anda ingin menjualnya, tentu toko emas akan menawar dengan harga dibawah harga pasar, hal ini pun akan mengurangi keuntungan investasi Anda. Dalam berinvestasi saham saat ini memang sudah cukup terjangkau dibanding beberapa tahun lalu dimana saat ini jumlah per satu lot saham diperkecil menjadi hanya 100 lembar yang sebelumnya 500 lembar/lot. Dengan fluktuatif harga saham yang sangat cepat, Anda harus mengetahui seluk beluk saham dari perusahaan yang ingin Anda beli secara pasti, kebanyakan investor pemula trauma berinvestasi karena mereka kurang memiliki pengetahuan itu dan hanya berharap pada keberuntungan. Maka saat itulah Anda memerlukan manajer investasi yang akan mengendalikan modal Anda dalam reksadana.

Untuk berinvestasi dalam reksadana, Anda tidak perlu terlalu khawatir akan mengalami kerugian besar karena modal anda akan dibagi (diversifikasi) dalam beberapa instrumen berbeda untuk mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan. Menariknya lagi, jika Anda berinvestasi saham, maka investasi Anda dikenakan pajak dan Anda wajib menuliskannya pada SPT, tetapi tidak untuk reksadana, karena reksadana bukanlah salah satu objek pajak.


Macam-macam bentuk reksadana

Ada cukup banyak bentuk reksadana yang ditawarkan oleh Manajer Investasi, namun secara umum Anda perlu memahami 5 bentuk reksadana berikut ini:

1. Reksadana Saham (RDS) 

Reksadana yang melakukan investasi portofolionya lebih dari 80% ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham dan pembagian keuntungan (dividen) namun dalam reksadana saham, dividen yang diterima tidak akan dibagikan secara langsung pada pemilik reksadana namun diinvestasikan kembali oleh manajer investasi sehingga meningkatkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana, dengan adanya reinvest tersebut dapat mengurangi besar kerugian ketika harga saham jatuh, tetapi juga meningkatkan keuntungan ketika harga saham naik. Reksadana saham memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang paling besar namun juga memiliki resiko yang besar.

2. Reksadana Pasar Uang (RDPU)

Reksadana yang melakukan investasi 80% pada efek pasar uang yaitu efek hutang yang berjangka waktu kurang dari satu tahun, seperti SBI, deposito. Reksadana pasar uang merupakan reksadana yang memiliki risiko terendah namun juga memberikan return yang terbatas.


3. Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT)

Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi lebih dari 80% pada portofolio yang dikelolanya ke dalam surat hutang (obligasi). Risiko investasi yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang membuat nilai return bagi reksadana jenis ini juga lebih tinggi tetapi tetap lebih rendah daripada reksadana campuran atau saham.

4. Reksadana Campuran (RDC)

Reksadana ini melakukan investasi dalam efek ekuitas (saham) dan efek hutang (obligasi) yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi hasil dan risiko reksadana campuran dapat lebih besar dari reksadana pendapatan tetap namun lebih kecil dari reksadana saham.

5. Reksadana Index (RDI)

Reksadana Index merupakan reksadana yang isinya adalah sebagian besar dari index tertentu (tidak semua, yang penting merefleksikan index tersebut) dan dikelola secara pasif, artinya tidak melakukan jual beli di bursa, kecuali ada subscription (pembelian) baru atau redemption (penjualan), oleh karenanya reksadana index biasanya keuntungan dan kerugiannya sebanding dengan index tersebut (jika ada selisih, biasanya selisihnya kecil). Jika reksadana tersebut diperjualbelikan di bursa, maka disebut Exchange Traded Fund (ETF) dan harganya berfluktuasi tiap detiknya, sehingga membuatnya mirip saham.


Memilih Reksadana yang sesuai dengan profil resiko Anda

Sesuai dengan kebijakan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa setiap penyedia layanan finansial wajib mengetahui profil resiko investornya. Ketika Anda mendaftar pada layanan tersebut maka mereka akan membantu Anda mengenali jenis profil resiko yang tepat untuk Anda. Meskipun pada kenyataanya, Anda lah yang akan menentukan bentuk investasi tersebut. Dalam menentukan profil resiko ada beberapa hal yang menjadi penilaian antara lain: usia, besaran pendapatan, tujuan investasi, pengetahuan mengenai investasi, dll. Secara garis besar profil resiko investor dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Agresif : Cenderung mencari keuntungan lebih besar dan berani menanggung resiko yang besar pula. Reksa dana yang sesuai: RDS & RDI.
- Moderate : Mencari keuntungan yang cukup besar namun cukup berhati-hati dalam menilai resikonya. Reksa dana yang sesuai: RDC & RDPT.
- Konservatif : Investor yang lebih mengutamakan keamanan modal dengan mendapat keuntungan yang tidak begitu signifikan. Reksadana yang sesuai: RDPU & RDPT.

Bagaimana cara beli reksadana?

Saat ini terdapat puluhan Manajer Investasi yang tersedia dengan beragam produk investasi. Anda bisa mengunjungi kantor mereka atau jika Anda tidak memiliki waktu atau akses langsung, Anda kini bisa mendaftar secara online. Dari pengalaman penulis saat ini menggunakan layanan dari Bareksa.com sebagai supermarket dimana Anda bisa menemukan puluhan manajer investasi reksadana disana dengan produk-produk unggulannya. Indikator-indikator yang diberikan pun cukup lengkap dan sederhana sehingga cukup membantu bagi investor pemula atau bahkan yang sudah cukup ahli. Bareksa pun telah terdaftar dalam OJK sehingga cukup terjamin keamanannya. Untuk mendaftar secara online Anda akan diminta mengisi formulir profil dengan lampiran scan KTP, NPWP, dan buku tabungan. Setelahnya Anda akan diminta memberikan tandatangan elektronik pada dokumen yang dikirimkan ke email Anda (disarankan membuka melalui perangkat touch screen untuk mempermudah). 


Indikator penting untuk diketahui sebelum membeli reksadana

Seperti halnya ketika Anda ingin membeli kendaraan, Anda harus tahu performa kendaraan tersebut dan spesifikasinya bukan? Begitu pula dengan reksadana yang merupakan kendaraan Anda menuju tujuan investasi Anda. Sebelum membeli portofolio reksadana ada banyak indikator yang bisa menjadi acuan Anda dalam memilih suatu reksadana. Dari sekian banyak indikator, setidaknya Anda perlu mengetahui indikator berikut ini:


1. Prospectus & Fund Fact Sheet

Prospectus merupakan penawaran yang diberikan oleh manajer investasi dan beberapa peraturan yang perlu diketahui oleh investor. Fund Fact Sheet berisi profil secara umum mengenai profil manajer / produk investasi. Dalam Fund Fact Sheet Anda akan menemukan kemana manajer investasi akan menggunakan modal Anda dan bagaimana performa investasi yang mereka kelola selama ini. Di bidang apa mereka akan menggunakan modal Anda.

2. Beta

Beta merupakan index resiko investasi. Hal ini sebanding dengan nilai kemungkinan return yang diperoleh. Semakin tinggi nilai beta maka bisa jadi Anda mendapat keuntungan yang tinggi pula. Namun selalu ingat bahwa “keuntungan investasi yang tinggi diikuti resiko yang tinggi” begitu pula sebaliknya.

3. Grafik NAB

Berbeda dengan saham, keuntungan reksadana tidak dipengaruhi oleh seberapa banyak portofolio yang Anda miliki tetapi seberapa besar peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau persentase peningkatan harga jual reksadana. Dalam grafik tersebut anda bisa menilai apakah reksadana tersebut memiliki performa baik di masa lalu dan apakah masih akan berpotensi meningkat. Meski hal ini berfluktuasi, namun pada umumnya dalam jangka panjang nilai reksada akan terus meningkat seiring dengan index IHSG.

4. Return & Risk

Seperti halnya index Beta, namun dalam situs Bareksa, Anda akan menemukan indikator Return dan Risk yang terpisah dalam 5 tingkatan. Hal ini akan cukup membantu Anda dalam memutuskan reksa dana mana yang terbaik. Biasanya tingkat return akan sebanding dengan tingkat resiko (risk), namun jika Anda menemukan reksa dana dengan return tinggi namun risk rendah, maka resadana tersebut cukup layak untuk dibeli.

5. Barometer Bareksa

Ini merupakan indikator terbaik yang hanya ada di Bareksa untuk menilai apakah reksa dana tersebut layak untuk investasi atau tidak. Indikator ini terlihat dalam 5 tingkatan dengan lingkaran yang memiliki warna khusus sesuai jumlah dana kelolaan manajer investasi.



Tips dalam bertransaksi reksa dana:

1. Bedakan Investasi dengan Spekulasi

Inilah yang kadang salah diartikan oleh sebagian orang. Berinvestasi itu membutuhkan waktu lebih panjang bukan keuntungan sesaat. Anda mungkin bisa mengambil keuntungan dari kenaikan harga reksadana, dengan membeli ketika harga rendah, dan menjual ketika harga tinggi. Tapi dalam berinvestasi hal itu berarti Anda membantu perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk berkembang. Percayalah pada perusahaan yang Anda perkirakan akan tumbuh. Anda akan mendapatkan keuntungan lebih dari sekedar berspekulasi pada kemungkinan naik turunnya harga.

2. Tentukan target dan tujuan investasi

Bermacam-macam orang melakukan investasi dengan tujuan untuk membeli rumah dalam 10-20 tahun kedepan, atau berinvestasi untuk biaya kuliah anak beberapa tahun kedepan, atau Anda mungkin ingin membeli mobil atau untuk pensiun dini dari hasil investasi. Disinilah perlunya mengetahui tujuan dan jangka waktu yang ditargetkan untuk mengetahui seberapa besar sebaiknya Anda menyisihkan tabungan untuk berinvestasi. Anda dapat menggunakan alat simulasi reksa dana yang disediakan oleh Bareksa.

3. Ketahui kemana uang Anda akan diinvestasikan

Seperti yang kita ketahui, bahwa ada banyak pilihan reksa dana yang tersedia, dalam Fund Fact Sheet Anda dapat menemukan perusahaan atau pasar apa Manajer Investasi Anda mengalokasikan dana dari Anda. Hal ini penting diketahui, dengan mengenal apa yang Anda beli, maka Anda pun dapat memperkirakan apakah kemungkinan reksa dana Anda akan tumbuh dimasa mendatang atau bahkan akan turun.

4. Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang

Meski Anda melihat ada satu manajer investasi terbaik, jangan Anda tempatkan seluruh tabungan Anda disana. Ambil beberapa reksa dana, karena Anda tidak akan pernah tahu jika tiba-tiba terjadi penurunan.

5. Kendalikan emosi, yakinkan pada diri sendiri

Meski fluktuasi reksadana tidak setajam saham, namun akan tetap ada fluktuasi yang terjadi. Harga protofolio Anda bisa bergerak naik atau turun. Disinilah seringnya investor pemula menjadi panik ketika ada penurunan harga atau terlalu gembira ketika ada kenaikan harga tiba-tiba. Sehingga mereka menjual reksa dananya karena takut rugi terlalu banyak padahal saat itu perusahaan sedang memulai kebangkitannya atau karena takut harga akan jatuh saat sudah tinggi padahal kenaikan masih akan terus terjadi.


Hukum investasi reksadana dalam Islam

Mengingat bahwa sebagian besar warga negara Indonesia adalah pemeluk agama Islam, maka perlu kami jelaskan beberapa hal terkait investasi reksadana dalam hukum Islam. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) telah mengeluarkan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001 yang membolehkan kaum muslim untuk berinvestasi reksadana, khususnya reksadana syariah.

Reksadana syariah memiliki prinsip seperti reksadana biasa, hanya saja pada reksadana syariah akan diinvestasikan pada aset berbasis syariah (produk halal atau jasa tanpa riba) oleh manager investasi.

Tertarik untuk berinvestasi? Mulailah saat ini juga, semakin lama Anda menaruh investasi Anda di pasar yang tepat, maka keuntungan Anda akan semakin berlipat-lipat. Selain Bareksa, Anda juga dapat beli Reksadana dan Saham dalam satu akun melalui Indopremier.

Baca: Review Pengalaman Hasil Investasi Reksadana


Jangan menunggu; tidak akan pernah ada waktu yang tepat. Mulailah di mana pun Anda berada, dan bekerja dengan alat apa pun yang Anda miliki. Peralatan yang lebih baik akan ditemukan ketika Anda melangkah.” – Napoleon Hill

Related Posts